ALAMAT REDAKSI

PO.Box 118 Temanggung 56200
JAWA TENGAH - INDONESIA
HP/SMS/WA.085228085470

CP: Pdt. HOSEA AGUS SUSANTO,S.Pd.K

MENJADI ORANG KRISTEN YANG BERBEDA

No Comments

Ayat Bacaan :
Matius 5:13-16;Markus 4:21-22

Tujuan:
Agar jemaat bukan hanya sekedar menjadi orang Kristen, tetapi dapat memberi rasa dan terang dalam kehidupan orang-orang di sekitarnya.

"Kamu adalah terang garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak-injak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak diatas gunung, tidak mungkin tersembunyi."
(Matius 5:13-14)

Pendahuluan
Di dalam memberikan perumpamaan, Yesus biasanya menggunakan hal-hal yang sudah dipahami oleh orang-orang Yahudi, yaitu hal-hal yang biasanya menjadi tanggung jawab merea di dalam masyarakat atau hal-hal dalam kehidupan sehari-hari agar mereka dapat menangkap makna kebenaran firman Tuhan itu lebih jelas lagi. Pada waktu membaca Matius 5:13-16, pada umumnya kita melihat ada dua hal yang disinggung, yaitu garam dan terang, namun ada satu hal lain yang juga menjadi perhatian orang Yahudi, yaitu ayat 14 yang menyinggung tentang kota. Orang Yahudi  mengetahui ketiga hal ini karena hal-hal itu menjadi tanggung jawab mereka di dalam masyarakat dan berkenaan dengan keseharian hidup mereka. Kali ini kita akan melihat dua hal saja yaitu, garam dan terang. Setiap rumah tanga, betapapun miskinnya pasti memerlukan garam dan terang. Garam dan terang adalah dua komoditi rumah tangga yang mutlak harus ada.

1. Menjadi Garam Dunia.
Siapa yang belum pernah melihat garam? Dapat dipastikan semua orang, besar kecil, tua muda, pernah menggunakan dan mengenal rasanya. Memang benda ini kelihatan sepele, tidak berharga, tetapi selalu ada dan dibutuhkan oleh setiap rumah tangga. Para ibu tentu tidak pernah melupakannya pada saat membuat masakan untuk keluarga.

Apa yang Yesus  maksudkan ketika menyebut orang Kristen sebagai garam? Coba perhatikan kalimat-Nya, " Kamu adalah garam dunia." Kalimat ini adalah kalimat penegasan, bukan kalimat perintah. Perkataan Tuhan Yesus itu bukanlah suatu cita-cita atau himbauan bagi orang yang tidak percaya agar berfungsi sebagai garam dan terang, tetapi merupakan suatu penegasan bagi orang percaya bahwa keberadaan mereka adalah bernilai dan mempunyai fungsi yang penting bagi lingkungan mereka. Yesus tidak meminta orang percaya untuk berubah menjadi orang lain, tetapi menegaskan keberadaan mereka sebagai garam dunia.Keberadaan atau "natur" orang Kristen itu seharusnya adalah garam dan terang dunia

Garam itu baru ada artinya kalau  ada rasa asinnya. Salah satu manfaat garam adalah merupakan bahan pengawet yang begitu penting pada jaman Yesus hidup dan juga pada jaman sekarang ini. Garam dapur yang diceritakan Yesus itu terdiri dari dua unsur kimia. Secara kimia  kedua zat itu adalah yang beracun, yaitu ion Natrium dan ion Chlorida. Akan tetapi karana hikmat Allah dua hal yang beracun ini jika digabungkan menjadi sesuatu yang sangat berguna bagi manusia. Sifat racunnya hilang dan muncul sifat yang penuh manfaat. Sangat ajaib ! Persatuan yang dibentuk oleh Allah akan menjadi luar biasa gunaya, menjadi sesuatu yang berbeda sama sekali. Orang Kristen seringkali tidak dapat membuat perbedaan yang mendatangkan manfaat bagi orang banyak karena tidak dapat bersatu.

Bersatu tidak selalu mempunyai makna yang sama. Ada bersatu yang  tidak pernah ribua, tidak pernah selisih pendapat, itu adalah bersatu di kubuaran.Ada bersatu yang tidak mengalami perubahan, itu adalah bersatu di hutan. Tumbuh-tumbuhan yang satu dengan yang lain memang hidup bersama, tetapi tidak bergerak bersama-sama. Kesatuan yang diinginkan Tuhan adalah kesatuan yang dinamis, kita bersatu dan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik lagi secara bersama-sama dan sekaligus merubah lingkungan kita dengan memberikan rasa dan arti dalam kehidupan mereka. Maju bersama dan berubah bersama tetapi tetap bersatu. Ini yang sulit dan menjadi tantangan bagi kita semua dalam pelayanan. Jangan takut ada perbedaan pendapat di dalam pelayanan, yang  perlu di takutkan adalah kalau kita tidak bisa bersatu di dalam perbedaan itu. Biarlah yang satu tetap Natrium dan yang lain tetap Chlorida, tetapi ketika kita bersatu, maka yang ada adalah garam yang memberi rasa enak !Kalau ada perbedaan jangan berdiri di bawah pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Lihat orang lain salah, dan merasa diri sendiri paling benar, tetapi kita harus membawanya ke bawah pohon kehidupan agar dapat sama-sama hidup. Apakah cara kerjanya salah? Atau mungkin doktinnya salah ? Mungkin saja salah kita hanya 30 %, yang berarti salah dia 70 %, yang penting kita harus menghormati yang lain, supaya tetap bersatu, supaya dapat merangkul dia dan dapat merangkul saya sehingga saya dan dia dapat bersatu menjadi garam yang berguna.

Ilustrasi : Berbeda Namun Tetap Bersatu
George Whitefield adalah seorang penginjil terbesar sepanjang abad yang juga adalah teman dekat John Wesley, yang sama-sama berasal dari Gereja Anglikan dan juga pernah menjadi anggota Holy Club yang didirikan oleh John dan Charles Wesley. Dan terjadilah keretakan dan perpisahan untuk sementara. Pada suatu hari pengikut Whitefield bertanya," Tuan Whitefield, apakah kita akan melihat Wesley di Sorga nanti? " Whitefield menjawab, " Aku khawatir akan hal itu, mungkin kita tidak akan melihat Beliau." Tetapi sebelum pengikutnya sempat bersorak dan bersukacita mendengar jawaban itu, ia melanjutkan, "Sebab akan dekat sekali dengan pada takhta Allah, tetapi kita akan berada jauh sekali dari tempat itu, sehingga sulit bagi kita untuk melihat Wesley di sana." Perbedaan pendapat memang ada, tetapi heran sekali, setelah perpisahan singkat itu, mereka kembali pada persahabatan yang sangat akrab dan manis, bahkan mereka kadang-kadang saling bertukar mimbar. Betapa besar kelapangan hati pelayan-pelayan Tuhan ini. Bahkan sebelum Whitefield meninggal dunia, dia meminta John memimpin upacara penguburannya.

Kalau kita sudah bersatu, kehadiran kita yang ibarat garam itu sungguh akan dirasakan oleh orang lain. Kalau orang Kristen masih terpecah-pecah, bagaimana kita bisa menjadi garam? Garam itu bekerja secara perlahan-lahan namun pasti.  Garam itu akan membuat barang yang tawar menjadi ada rasanya, bisa membunuh kuman, dapat menjegah pembusukan, dan membuat steril. Suatu hal yang sangat ajaib sekal ! Dan garam belum pernah berteriak-teriak ketika mereka bekerja ! Pernahkah Anda mendengar garam berbicara menyombongkan diri, ketika makanan kita terasa begitu enak di mulut. Pernahkah Anda memuji garam, "Garam, aku berterimakasih atas kebaikanmu," Yang ada ialah orang memuji mereka yang masak karena kebaikan garam," Masakanmu enak sekali!" Coba kalau tidak pakai garam, apa jadinya? Tetapi garam tenang-tenang saja, tidak dipuji tidak apa, ia tetap rela berfungsi sebagaimana seharusnya.

Pengertian tentang garam ini adalah kebenaran yang seharusya menyadarkan orang-orang percaya untuk berfungsi dengan memberi rasa pada dunia yang tawar ini. Yesus berkata "Aku adalah Roti Hidup." Yesus tidak berkhotbah dengan suara yang keras, berteriak-teriak, tetapi Ia membuat dirinya menjadi roti yang hidup, yang dapat dirasakan dan dinikmati oleh orang banyak. Yesus yang diurapi dengan Roh Kudus dan kuat kuasa. Dia berjalan berkeliling sambil berbuat dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai iblis, sebab Allah menyertai Dia. (Kisah Para Rasul 10:38). Dia membuat kehadiran-Nya berguna bagi orang lain, supaya hidup yang tawar bisa mempunyai rasa.

Garam ada dimana-mana. Mungkin di rumah Anda tidak ada mobil mewah, tidak ada makanan enak, tetapi minimal ada garam. Garam di rumah juga tidak banyak. Kita tidak membeli garam sekaligus satu kilo, meski harganya murah. Walaupun jumlah garam itu sedikit,  namun garam itu sangat dibutuhkan oleh keluarga dan setiap orang. Sebagai orang Kristen kita perlu mempelajari kebenaran ini, karena kita memiliki Kristus, memiliki firman Tuhan, biarlah kita menjadi orang yang selalu dibutuhkan oleh keluarga dan setiap orang. Karena kita  telah lebih dahulu memiliki hidup Kristus, sedangkan orang-orang lain belum memiliki rasa dalam hidupnya, maka kitalah yang harus berfungsi memberi rasa bagi kehidupan mereka.

Untuk menjadi garam dunia diperlukan pengorbanan, karena garam pun mengorbankan dirinya. Garam harus meleleh, lebur dan  tidak terlihat lagi wujudnya, yang tinggal hanya rasanya. Jika garam itu tetap mempertahankan bentuknya, apakah kita akan memakannya? Orang yang membuat nasi goreng misalnya, jika menemukan garam yang tidak bisa hancur, maka garam itu lagsung dibuangnya agar yang makan tidak tergigit bongkahan garam yang asin. Menjadi orang Kristen selalu ada pengorbananya bagaikan garam itu sendiri. Di satu sisi, mungkin hal itu berat bagi kita, misalnya karena kita harus membuang karakter  kita yang lama, menanggalkan ego dan kepentingan diri sendiri. Di sisi yang lain , mungkin juga ada orang yang kurang senang terhadap kita karena kita berfungsi sebagai garam yang mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Tetapi kita harus tetap mengingatnya, bahwa kita telah diminta oleh Yesus untuk menjadi garam dunia !.

Bagaimana dengan kehidupan Kristen kita? Seringkali kita tidak dapat menjadi garam yang membuat perbedaan. Hidup kita sama saja dengan orang-orang dunia. Hidup kita tidak menjadi berkat. Hidup kita tidak mengubah lingkungan di sekitar kita. Waktu belum menjadi orang Kristen, kita suka berjudi, setelah jadi orang Kristen berjudi masih jalan terus, malah jadi bandarnya. Tidak ada perubahan yang bisa membuat orang mengucap syukur kepada Allah !. Sebelum menjadi orang Kristen berdagang dengan cara yang tidak jujur, setelah menjadi orang Kristen, tidak berubah, malah tambah lihai. Sebelum menjadi orang Kristen suka marah-marah, setelah menjadi orang Kristen masih tetap cepat naik darah. Hal-hal seperti ini tidak memberi rasa yang berbeda bagi dunia. Kalau orang Kristen tidak berbeda dengan orang dunia, lalu untuk apa menjadi orang Kristen? Orang Kristen memang masih hidup di dunia, tetapi kita bukanlah orang duniawi, karena kita adalah warga Kerajaan Allah, garam dunia ini !

2. Menjadi Terang Dunia
Yang kedua Yesus berkata,"Kamu adalah terang dunia" Apa maksudnya? Terang di sini bukan terang listrik,juga bukan terang cahaya matahari. Terang di sini adalah terang dari pelita yang dipakai orang  pada waktu itu. Pelita ini harus memiliki beberapa unsur terlebih dahulu agar bisa menyala. harus ada bejana, baik dari emas, perak atau besi, minyak, sumbu dan sumber api. Beberapa unsur harus bersatu dan bekerja sama baru bisa menjadi terang. Tidak bisa hanya satu saja, misalnya hanya ada sumbu saja, pelita tidak bisa menyala. Sekali lagi kita melihat , ada penekanan pada unsur persatuan.  Unsur persatuan perlu ada  dalam hidup orang Kristen, bukan hanya untuk  menjadi garam, tetapi juga untuk menjadi terang. Kalau belum bersatu, bagaimana bisa menjadi terang?

Yesus berkata,"Orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang," Maksunya terang dari Tuhan tidak boleh ditutup, disembunyikan bahkan dipadamkan. Terang dari Tuhan harus dinyatakan kepada seluruh orang, harus diangkat ke tempat yang tinggi, agar memberi terang kepada dunia ini, seperti kota yang letaknya di atas bukit, yang keberadaanya jelas terlihat dan tidak mungkin disembunyikan. Seperti pelita yang menyala, cahayanya menerangi seluruh rumah, tidak mungkin disembunyikan.  Kalau kita adalah terang, orang lain akan melihat kita dengan jelas. Dan kita harus berani menjadi sesuatu untuk dilihat orang.

Di dalam Bait Allah ada banyak pelita. Ada semacam pelita yang menjadi seperti lilin yang bercahaya, menerangi Bait Allah. Pada hari menjelang Sabat, atau pada saat-saat hari peringatan tertentu, seperti hari perdamaian setahun sekali, maka pelita-pelita itu harus dimatikan dan asapnya  tidak boleh sampa menyebar ke dalam ruangan Bait Allah, karena itu berarti mencemari Bait Allah. Maka mereka memiliki alat semacam mangkok untuk menutupi pelita itu, sehingga pelita itu mati,dan asapnya tidak sampai keluar kemana-mana. Itu merupakan kebiasaan dalam Perjanjian Lama.

Yesus berkata pelita tidak boleh ditaruh di bawah gantang, hal ini berbeda sekali dengan ditaruh di bawah tempat tidur. Kalau di bawah tempat tidur, berarti disembunyikan, pelita itu tidak akan berfungsi menjadi penerang bagi seluruh rumah. Kalau ditutupi dengan gantang, itu berarti dimatikan, sehingga sama sekali tidak memiliki fungsi sebagai pelita lagi. Murid-murid memahami betul perumpamaan ini, tetapi masih saja ada yang tidak memberikan respon. Mereka memahami pelita itu tidak boleh ditutupi dengan gantang, karena itu kebiasaan mereka. Pelita itu tidak boleh ditaruh di bawah tempat tidur, mereka juga memahai karena itu juga kebiasaan mereka.Hidup kita tidak boleh menjadi hidup yang ditutupi oleh gantang, melainkan harus transparan, harus bisa dilihat oleh orang lain. Jika kebenaran Tuhan yang ada  di dalam diri kita ditutupi dengan gantang, bagaimanakah orang lain bisa melihat kebenaran Tuhan?

Pelita pada waktu bercahaya tidak ada suara.  Sebenarnya kesaksian hidup kita akan berbicara lebih keras dari kesaksian bibir kita. Kesaksian kita lebih penting dari khotbah kita. Jikalau kita memang memiliki Kristus dalam kehidupan kita, tanpa harus gembar-gembor bahwa kita ini orang yang percaya Yesus, orang akan tahu dari perbuatan dan tutur kata kita. Orang melihat kita begitu lemah lembut, begitu penuh perhatian, begitu rajin membantu orang, takut akan Tuhan, jujur dan bertanggung jawab, maka orang bisa menyimpulkan sendiri dan tidak perlu dibuatkan pengumuman. Bila pelita kita sudah menyala dan dilihat orang, berarti kita sudah berani menjadi orang Kristen yang berbeda.

Di dalam kehidupan orang Kristen ada bagian-bagian yang bersifat pribadi, ada bagian-bagian yang bersifat umum. Tuhan Yesus mengajarkan dengan jelas apa  yang harus dilakukandi tempat tersembunyi dan apa yang harus dilakukan di tempat terbuka. Untuk hal yang harus dilakukan di tempat yang tersembunyi Tuhan Yesus berkata,"Ketika engkau berdoa, berdoalah di tempat yang tersembunyi. Ketika engkau memberi persembahan, tangan kanan memeberi, tangan kiri tidak usah tahu, Ketika engkau berpuasa, jangan menampilkan wajah yang menyatakan dirimu berpuasa, biarlah Bapamu yang di Sorga mengetahui itu." Itu adalah hal-hal yang pribadi dalam hidup kita. Bukan berarti kita tidak boleh berdoa di depan umum, tetapi itu bukan tugas umum kita. Tugas umum kita ialah menjadi pelita yang bercahaya menerangi semua orang !

Setiap kali kita menyala, pasti ada orang yang senang dan ada yang tidak senang. Pada waktu malam orang membutuhkan terang dan mereka senang, tetapi pencuri tidak senang dengan terang. Demikian juga halnya orang-orang yang jahat, mereka tidak senang dengan terang karena terang itu dapat menelanjangi hidup mereka, menyatakan perbuatan mereka yang tidak baik. Tetapi, bagaimanapun juga , kita harus tetap menjadi terang !.

Begitu terang itu menyala, sumbu akan terbakar, minyak akan habis, ini adalah suatu bentuk pengorbanan. Seperti Yohanes Pembaptis yang dikatakan Yesus sebagai "pelita yang menyala dan bercahaya" (Yohanes 5:35), karena kesaksiannya, bahkan ia mati dengan dipengggal kepalanya oleh Raja Herodes. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah menjadi pelita yang menyala, menjadi saksi bagi Tuhan  di tengah-tengah keluarga, di lingkungan tempat tinggal kita, di lingkungan pekerjaan kita, sudahkah kita rela berkorban sebagai mana pelita akan kehabisan sumbu dan minyaknya? Sudahkah kita menanggalkan manusia lama kita demi untuk menerangi orang-orang di sekelilingkita?

3. Menjadi Orang Kristen Yang Berbeda.

Mengapa kita harus menajdi orang Kristen yang berbeda? Menjadi orang Kristen saja tidak cukup. Mengapa tidak cukup? Paulus berkata,"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Seakrang ini banyak unsur kebudayaan dunia yang kelihatannya kristiani, namun hanya kulit luarnya saja. Banyak juga orang yang mengaku dirinya Kristen, tetapi tidak bisa dibedakan lagi dengan orang dunia. Kelakuan mereka, cara mereka berpikir dan tutur kata mereka sama seperti orang-orang dunia. Orang Kristen harus bisa membuat suatu perbedaan !, Kita boleh sama dalam bentuk fisik, namun rasanya berbeda ! Bagaikan biji pasir dengan biji gula pasir. Sulit untuk dibedakan bentuknya, tetapi dari rasanya orang akan tahu, siapa yang gula pasir.

Pada waktu kerusuhan yang terjadi di Jakarta, ada sebuah cerita. Ada sebuah show-room mobil yang akan dibakar dan dihancurkan massa. Saat itu juga pemilik showroom keluar dan memohon-mohon kepada massa agar tokonya jangan dibakar. "Tolonglah.... ambil saja salah satu mobil yang ada di dalam sana. Atau nanti saya kasih uang banyak.  Tapi tolong, toko saya jangan dibakar." Akan tetapi sayang sekali, dalam kehidupan sehari-harinya, orang yang agamanya Kristen ini, selalu memandang sebelah mata kepada masyarakat di sekitarnya, dan tidak pernah bergaul dengan mereka. Akibatnya, seperti yang dapat diduga, tokonya tetap dirusak massa.

Sebaliknya ada pula rumah seorang Kristen yang justru dijaga oleh tetangga-tetangganya, "Jangan ganggu rumah ini, pemilik rumah ini orang baik." Kata penduduk setempat  ketika massa hendak merusak rumah itu. Rumah itu beserta keluarga yang ada di dalamnya selamat. Ternyata fungsi orang Kristen ini sebagai garam bisa dirasakan oleh penduduk di sekitarnya sehingga mereka melindunginya.

Menjadi garam dan terang, inilah yang membuat orang Kristen jadi berbeda. Ia seperti Yusuf di istana Firaun, Daniel di istana Nebukadnezar, Yohanes Pembaptis di istana Herodes, dan Paulus di istana Agripa. Orang Kristen itu harus berbeda- inilah konsekuensi menjadi garam. Tetapi ketika garam itu menjadi tawar, ia tidak beguna lagi. Yesus berkata bahwa garam yang tawar itu akan dibuang serta di injak-injak orang (Matius 5:13). Yosephus mencatat, bahwa suatu ketika persedian garam yang disimpan dalam gudang-gudang di Bait Allah di Yerusalem telah rusak. Garam itu disuruh buang oleh Herodes di pelataran Bait Allah dan diinjak-injak orang.

Menolak berfungsi sebagai garam berarti berhenti menjadi garam. Menolak berfungsi sebagai terang, bearti berhenti menjadi terang. Dan menolak menjadi garam dan terang dunia berarti menolak menjadi orang Kristen. Kalau hal ini terjadi, maka kita tidak lagi berguna untuk umat manusia, sama seperti garam yang menjadi tawar, tidak akan menjadi garam lagi, tidak dapat digunakan untuk apapun selain dibuang dan diinjak-injak orang. Sama seperti pelita yang diletakkan di bawah gantang yang tidak ada cahayanya.

Maukah kita kembali kepada arti dan menjadi menjadi orang Kristen yang sebenarnya?

Sumber:
Menjadi Orang Kristen Yang Berbeda, GI. Sadikin Gunawan, Yayasan Pekabaran Injil KAWANAN KECIL, Jakarta.
( Dapatkan khotbah-khotbah lain dalam buku ini yang pasti sangat memberkati).

LINK INFORMASI PENTING
849 MATERI KHOTBAH POWERPOINT ANEKA TEMA
BUKU 29 BAHAN KHOTBAH IBADAH PENTAKOSTA