ALAMAT REDAKSI

PO.Box 118 Temanggung 56200
JAWA TENGAH - INDONESIA
HP/SMS/WA.085228085470

CP: Pdt. HOSEA AGUS SUSANTO,S.Pd.K

KESETIAAN BERIBADAH

No Comments

Ayat Pokok:

Oleh : Petrus F. Setiadarma

Pendahuluan

Kata “kesetiaan” telah menjadi barang langka pada masa kini. Banyak kasus terjadi di mana suami atau isteri tidak setia lagi pada pasangannya yang ditunjukkan dengan melakukan penyelewengan atau perselingkuhan. Karyawan yang telah dibina selama ini kemudian tidak loyal atau setia lagi kepada perusahaan yang telah membesarkannya. Dengan pelbagai alasan yang masuk akal ia hengkang ke perusahaan lain yang dipandangnya bisa memberikan nilai lebih guna mencukupi kebutuhannya. Yang lain lagi ada orang Kristen yang tidak setia lagi beribadah di gereja lokal yang selama ini telah melayaninya. Karena satu dan lain hal ia pindah ke gereja lokal yang lain dengan alasan karena kekecewaan atau – agar nampak lebih rohani – “disuruh Tuhan”. Namun itu semua belum seberapa dibandingkan dengan orang yang tidak setia lagi kepada Tuhan Yesus Kristus yang ditunjukkan dengan ketidaksetiaan dalam beribadah. Dalam artikel ini kita akan mendalami lagi arti ibadah menurut Alkitab dan mengapa kita harus setia beribadah. 2. Arti Ibadah Mari kita melihat arti kamus (etimologi) dari kata “ibadah” ini. Dalam Perjanjian Lama, kata “beribadah” merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris “to serve” yang artinya “melayani” atau “beribadah” (Yos. 24:15). Dalam bahasa Ibrani digunakan kata “abed” (dboĆ„[]) yang berarti “bekerja seperti seorang budak”, atau “mengabdi kepada seorang raja”, atau “melayani dalam fungsi keimaman”. Sedangkan dalam Perjanjian Baru digunakan kata dalam bahasa Inggris “to worship” yang artinya “menyembah” (Mat. 15:9 – Yun. “sebĆ“” (sebw) yang berarti “menyembah”. Kata ini merupakan istilah teknis yang dihubungkan dengan bangsa kafir yang menerima kepercayaan Yahudi kepada satu Allah (monoteis), dan beribadah di sinagoge, tetapi tidak menjadi proselit Yahudi dengan menyunatkan diri). Kata bahasa Ingris lainnya adalah “godliness” yang artinya “berpusat kepada Allah” (1 Tim. 6:6 – Yun. “eusebeia” (eusebeia) yang artinya “hidup yang takut akan Allah dan melakukan kewajiban religius kepada-Nya). Dari arti kamus di atas, maka “ibadah” dalam pengertian iman Kristiani bisa berarti: * Kegiatan ritual keagamaan di mana seseorang menyembah Allah, Khalik langit dan bumi di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, baik secara pribadi maupun secara berjemaat dalam perkumpulan raya atau kelompok. Dalam ibadah ini ada liturgi yang memuat pujian dan penyembahan, pemberitaan firman Tuhan, kesaksian, doa-doa syafaat, dan persembahan. Doa dan puasa juga merupakan bagian dari ibadah semacam ini. * Kegiatan pelayanan bagi Tuhan di mana seseorang secara sadar mau melayani Allah sebagai hamba atau pelayan-Nya, karena ia telah ditebus dengan darah Yesus Kristus. Roh Kudus telah memberikan talenta kepada setiap orang percaya untuk dikobarkan bagi pembangunan Tubuh Kristus dan bagi kemuliaan-Nya. Termasuk dalam ibadah ini juga adalah keterlibatan dalam masyarakat seperti peduli lingkungan, dalam marketplace atau dunia kerja, dan sebagainya. * Kehidupan dalam kesalehan yang dinyatakan dengan sikap dan perbuatan baik secara etis dan moral bagi sesama, seperti kebenaran dan kejujuran, serta menyatakan kasih Kristus dengan memberikan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan. Ketiga aspek dalam ibadah ini harus seimbang dalam kehidupan kita. Penekanan hanya pada satu atau dua aspek saja mendatangkan teguran dari Tuhan. Misalnya, pada zaman nabi Yesaya umat Tuhan beribadah kepada-Nya dengan berpuasa dan mengadakan hari yang berkenan kepada-Nya, namun mereka tidak mempedulikan mereka yang tertindas dan terbelenggu, serta para fakir miskin. Tuhan menegur mereka dengan keras, agar mereka menaruh kepedulian sosial (Yesaya 58:5-7). 3. Mengapa Harus Setia Beribadah? Ada beberapa alasan mengapa setiap orang Kristen harus setia beribadah kepada Allah yang hidup di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Istilah “beribadah” dalam bagian ini lebih kepada bentuk ibadah yang pertama, yaitu dalam bentuk persekutuan dengan orang-orang percaya dalam ibadah raya atau persekutuan kelompok. Pertama, karena itu adalah kehendak Allah. Allah yang lebih dahulu setia kepada kita menghendaki agar kita setia kepada-Nya. Orang yang setia berkenan kepada-Nya (Amsal 12:22). Kedua, orang tersebut akan mengalami kesetiaan Allah lebih mendalam lagi, karena Allah setia kepada orang yang setia kepada-Nya. Jadi Allah lebih dulu setia kepada kita, kemudian kita juga setia kepada-Nya, maka Ia akan lebih lagi menyatakan kesetiaan-Nya (Mazmur 18:26). Ketiga, kesetiaan sampai mati menghasilkan upah yang kekal, yaitu mahkota kehidupan (Wahyu 2:10). Jemaat Smirna saat itu harus menghadapi tantangan. Banyak di antara merek amenjadi syuhada (martyrs) karena kesetiaan mereka beribadah kepada Tuhan. Orang yang setia beribadah mengalami banyak penderitaan (2 Tim. 3:12). Saat ini pun banyak tantangan dalam mempertahankan kesetiaan kita. Namun jika kita tetap setia, upah yang kekal telah tersedia. Keempat, ibadah yang dilakukan dengan setia dan hati yang penuh pengucapan syukur besar manfaat atau faedah bahkan keuntungannya (1 Tim. 6:6). Kelima, kesetiaan beribadah membuat sikap sosial kita dibangun dengan baik. Dalam sebuah persekutuan pelbagai macam orang datang menghadirinya. Mereka datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Di situ kita sadar bahwa jika kita sedang dalam masalah, sebenarnya banyak orang memiliki masalah yang lebih berat dari kita. Sebaliknya, ketika kita dalam keadaan kelimpahan, kita diajar untuk membagikan sebagain ebrkat itu kepada mereka yang membutuhkan. Dalam ibadah ada take and give: pertama antara kita dengan Tuhan, dan yang kedua antara kita dengan saudara seiman. 4. Tips Praktis Untuk bisa setia beribadah, berikut ini diberikan tips sederhana. Dengan pertolongan Roh Kudus, niscaya kita akan mampu melakukannya. (a) Karena kesetiaan membutuhkan tekad yang kuat, maka disiplin beribadah harus ditaati. Hari apa dan jam berapa harus sudah diagendakan terlebih dahulu. (b) Mempersiapkan diri beberapa hari sebelumnya untuk hari ibadah. Misalnya pada hari Jumat dan Sabtu sudah mempersiapkan diri dengan membaca buku-buku rohani, berdoa dengan lebih sungguh-sungguh. (c) Satu jam sebelum jam ibadah sudah berkemas-kemas. Biasakan untuk tidak datang terlambat dalam ibadah, karena akan mengganggu kekhidmatan suasana ibadah, dan juga meninggalkan teladan yang buruk buat anak-anak dan generasi muda lainnya. (d) Membawa Alkitab (dalam bentuk cetakan atau elektronik), buku catatan, pena.dan kebutuhan lainnya, sehingga firman Tuhan yang disampaikan dapat dicatat dan kemudian diperdalam lagi. (e) Mengikuti semua mata acara liturgi ibadah dengan penuh kesungguhan hati. Hindari berbicara satu sama lain. Jauh lebih baik jika ketika kita datang, kita langsung berdoa. (f) Mematikan handphone saat beribadah, agar kita dapat lebih berkonsentrasi. Sesudah ibadah nomor yang tersimpan dapat dihubungi kembali. Ada orang yang kuatir jika panggilan telepon seseorang tidak segera direspons, maka peluang bisnis akan hilang tanpa bisa kembali. Jika Tuhan memberkati kita, kita tidak akan kehilangan momen memperoleh berkat tersebut. Ia tetap sanggup memberkati kita dengan cara-Nya dan waktu-Nya yang indah. (g) Mengajak orang lain untuk ikut beribadah membuat kita lebih bergairah beribadah. (h) Jika ada khotbah yang menjadi berkat secara khusus dapat dipesan kaset atau CD rekamannya, sehingga bisa didengarkan kembali atau dipinjamkan/diberikan kepada orang lain yang membutuhkan. 5. Penutup Kita sedang berpacu dengan waktu. Orang-orang berkata bahwa waktu itu uang (Time is Money), sehingga mereka bahkan membuang waktu yang amat berharga untuk beribadah kepada Tuhan dengan terus memburu harta. Banyak orang telah menjadi budak dari hartanya. Tidak demikian halnya dengan kita. Tuhan telah menyediakan cukup bahkan banyak waktu untuk kita bekerja dan melakukan pelbagai aktivitas lainnya. Sangatlah adil jika kita juga menghargai hari Sabat Tuhan, atau satu hari perhentian di mana kita dapat beribadah kepada-Nya, mengucap syukur atas segala berkat yang telah dilimpahkan-nya bagi kita. Kita tidak akan kehilangan waktu yang berharga, karena Tuhan tidak pernah berhutang. Orang yang sungguh-sungguh mencari Dia dengan iman, akan menerima upah kesetiaan-Nya yang luar biasa!