Ayat Pokok:Yesaya 38 : 1
Oleh:Pdt. JE.Awondatu
Hari ini saya ingin membawa firman Tuhan yang kemungkinan tidak menenangkan hati saudara, tetapi saya ingin supaya firman Tuhan ini akhirnya menenangkan hati saudara.
Saya ingin bicara mengenai kematian. Yesaya 38 ayat 1;
Dari ayat ini kita bisa tahu, yang pertama kita mau belajar bahwa Allah memegang kendali diatas semua kehidupan alam semesta ini. Kalau Dia bilang mati, mati. Kalau Dia bilang hidup, hidup. Dia (Allah) datang kepada raja melalui seorang nabi, Yesaya. Jangan meremehkan seorang hamba Tuhan yang dapat karunia nabi. Dia (Hamba Tuhan) menyampaikan firman yang betul kontak dengan hati kita.
Tanpa basa basi, yang dihadapi ini raja, dia (Yesaya) sampaikan firman-Nya, beginilah firman Tuhan, tiga kata, inilah firman Tuhan. Dia nggak bilang, raja, dia nggak bilang baginda, dia nggak bilang permisi. "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi."
Dalam bahasa Inggris, dikatakan set your house in order. Urus rumahmu secara teratur. Bereskan rumahmu, in order, secara teratur. Kalau abjad itu, a, b, c, d, e, f...Ini your house. Bereskan rumahmu dengan in order. Karena kelihatannya, keluarga Hizkia ini, nggak karu-karuan. Set your house in order, karena engkau akan mati, dan tidak akan hidup.
Kalau saya jadi Hizkia, saya bahagaia, karena saya dikasih tahu saya akan mati. Tapi kita, tidak seperti Hizkia. Kita tidak tahu kapan kita akan mati. Kalau kita diberitahu kapan kita akan mati, mungkin Pak Rudy yang gemuk ini, bisa mendadak kurus. Dan apakah reaksi kita kalau kita akan mati? Apakah kita akan sungguh bertobat, atau apakah kita mau berdosa dulu sampai tunggu satu hari sebelum mati, kita baru bertobat. Ada banyak macam-macam orang bereaksi.
Tetapi saya ingin beritahu saudara, lambat atau cepat, kematian pasti datang. Saudara boleh treadmill, pergi ke Dokter di Singapura yang terkenal, saudara boleh check up, dan Dokter diatas Dokter di Indonesia dan Singapura berkata, "You are in excellent condition", sehat, tidak kurang satu apapun, kematian pasti datang. Saya baru baca Corry Tenbum, seorang saksi Kristus yang meninggal pada usia 91 tahun, dan yang hebatnya, dia meninggal pada hari kelahirannya. Tamu-tamu yang datang bilang, "Aduh ini luar biasa. Dia ulang tahunnya langsung di Kerajaan Sorga."
Kematian itu pasti akan datang. Anak saya saja sudah meninggal. Dia belum 2 tahun sudah meninggal. Apalagi saya yang hampir 60 tahun? Apalagi kita? Waktu kematian ini, tidak ada kaya tidak ada miskin. Kematian tidak melihat perbedaan sosial. Kematian tidak melihat, oh si ini kaya, dia banyak duitnya, dia banyak menyumbang. Oh kalau begitu, aku, kematian, perpanjang dulu. Oh ini orang jahat sekali...Justrus kita lihat terbalik. Orang yang baik, Tuhan ambil. Orang yang kurang ajar, orang berantakan, kenapa kok dia umurnya panjang?
Satu pendeta di Sukabumi, om Rompas, dia lebih tua dari saya, dia ngomong sama saya, "Aduh Yo. Itu jemaat baik sekali. Kalau om mau pergi keluar kota, kemana saja, dia selalu ingat. Biar sedikit uangnya, dia kasih, dua ratus ribu atau dua ratus lima puluh ribu. Itu bapa selalu beri. Dia bukan pengusaha besar. Tapi dia selalu ingat. Aduh...saya senang sama jemaat itu. Luar biasa baik, ramah. Nggak macam-macam, nggak ini itu, nggak. Eh, nggak puguh-puguh Tuhan ambil. Tapi ada jemaat yang 'bertanduk', suka ngelawan, ngomongin saya macam-macam, nggak mati-mati. Heran...."
Saudara, kematian nggak lihat dia jahat apa baik, tidak. Tapi yang pasti kematian itu akan datang. Mati dan hidup itu di tangan Tuhan. Kita buka 1 Samuel pasal 2 ayat 6;
Nah, bagaimana kita? Apa prioritas kita yang utama? Yang utama selalu yang pertama. If Jesus in not the first in your live, He is not the Lord of your live. Kalau Yesus bukan yang pertama dalam hidup saudara, Dia sama sekali bukan Tuhan saudara. Kalau uang yang utama dalam hidup saudara, Yesus bukan Tuhan saudara. Kalau ketenaran yang utama dari hidup saudara, maka Yesus bukan Tuhan saudara. Kita harus taruh Yesus yang pertama, karena Dia yang memegang komandao, mati atau hidup, kaya atau miskin, Dia yang memegang komando.
Dia bisa bikin saudara kaya dalam hitungan hari, bisa. Tapi ingat, Dia juga bisa bikin miskin. Maka itu, kita harus tahu membawa diri. Dikatakan, set your house in order. Bersiap-siaplah, persiapkan rumahmu, karena hari ini kamu akan mati , tidak akan hidup. Tuhan sudah pilih hari yang terbaik untuk Hizkia, kamu akan mati sekarang. Itu sebetulnya anugerah. Raja Hizkia sedang sakit.
Hidup kita, waktu muda, hujan-hujanan, makan ini makan itu, tidak ada pantangan. Ini boleh itu boleh, apa saja kita makan, semua kita makan. Tetapi kalau sudah tua, mulai...pada kendor. Kulit tangan pada kendor. Itu umur nggak bisa dibohongin. Kita ini seperti mobil. Tiap lima ribu kilometer ganti oli. Wiper bunyi, ganti karetnya. Lampu mobil mati, ganti. Tabrakan dengan tembok, dibereskan. Ganti ban, "Pak, sudah gundul." Ganti. Ganti seher, ganti. Nanti satu hari kita masuk toko onderdil, "Mau cari onderdil ini..." Pegawai toko ngomong begini, "Model begini sduah nggak dibikin lagi. Pabriknya aja sudah tutup."
Nah manusia itu begitu. Ketika dokter bilang, "Yah, masih bisa hidup, tahan..." Saya, katanya, diproyeksikan oleh seseorang, "Saya memproyeksikan bapak hidup sampai sembilan puluh tahun. Jadi bapa mesti jaga hidup bapa. Jantung bapa saya yang tanggung jawab. Saya ingin supaya bapa meninggal pada usia sembilan puluh tahun."
Mau hidup sembilan puluh tahun atau enam puluh lima , urusan yang diatas. Kapan saja saya sudah siap. Tapi itu bahasanya Tuhan kepada Hizkia, set your house in order. Bereskan rumah tanggamu, kamu akan mati. Artinya apa buat kita? Kita tidak akan mati sekarang. Tapi kita akan mati. Mari kita set our house in order. Mari kita bersiap sedia. Hari ke hari kita siap sedia. Ini muka sudah pada turun. Ada lagu, Indonesia tanah air beta. Pusaka abadi nan jaya...Ujungnya, sampai akhir menutup mata. Mati juga akhirnya. Aduh betul ya, Indonesia itu hebat. Tapi akhirnya, menutup mata. Itu akhir kita, menutup mata. Mari, kita mau lihat kitab Kejadian pasal yang ke 5 ayat yang ke 3;
Kalau ada yang umur sembilan puluh enam mati, itu baru sepersepuluh umurnya Metusalah. Kita kebanyakan seperdua puluh. Tadi pagi saya baca di Kompas, delapan puluh tiga tahun. Eh, ada satu bapak, dua puluh delapan tahun, meninggal. Anak saya lima belas bulan, meninggal.
Set your house in order, karena engkau akan mati. Bila mati pergi kem'na, sorga atau neraka? Sorga senang kekal mulia, neraka sengsara. Yesus saja...Yesus saja tebus dosaku. Yesus saja, Yesus saja...Jurus'lamatku. "Oh, saya masih muda om, nggak mungkin saya meninggal." Saya umur enam puluh tahun, sudah sering mengubur anak-anak muda. Ada yang dua puluh dua tahun, saya kubur. Delapan belas tahun, saya kubur. Ada yang empat belas tahun, saya kubur. Yang paling kecil, anak saya sendiri, saya kubur.
Jangan bilang umur. Kematian itu tidak pernah kirim SMS. 'Besok anda akan mati. Persiapkanlah diri anda. Pakailah peti mati yang murah-murah saja. Sepatu juga sepatu tennis saja. Kirim pesan kepada keluargamu. Dari kematian.' Nggak pernah ada sms. Kematian nggak pernah kirim telegram. "Telegram pak, ekspress." 'Besok anda akan mati. Kematian.' Nggak akan telepon. "Hallo, ini siapa?" "Ini kematian." "Kematian?" "Iya..." "Masak sih, ada orang namanya kematian?" "Lu denger dulu. Lu besok mati. Gua ini kematian, diutus Tuhan, dari Sorga. Lu besok mati, set your house in order."
Aduh...saudara mau libur juga dibatalin. Mungkin langsung panggil pak Awondatu. "Pak Awondatu, bikin kebaktian. Aku berserah, aku berserah...Pada Yesus Jurus'lamat, aku berserah...Begitu? Apa begitu reaksi kita?
Memang, dia (Hizkia) minta panjang umur, Tuhan kasih. Tuhan kasih lima belas tahun. Tapi tadi saya bilang. Dalam lima belas tahun itu, dia punya anak. Anak ini, jahatnya luar biasa. Jadi umur panjang melebihi kehendak Tuhan... Wah, banyak raja, banyak presiden, banyak kaisar, dibikin dengan obat, jantungnya supaya kuat. Organ lain sudah pada mati, jantungnya masih, deg deg...deg deg...Termasuk Pak Harto. Dia punya dokter sampai dua puluh. Apa bisa menahan kematian? Akhirnya berangkat juga.
Ini yang saya ingin bawa pesan malam hari ini, betapa bedanya dengan orang yang mengenal Yesus. Filipi pasal 1 ayat 21;
Aduh saudara, waktu untuk saya sekarang ini, untuk pribadi, sudah susah carinya. Sudah susah. Hari Minggu ini saya harus wakilkan di Jakarta, karena saya harus ke tempat lain. Hari Selasa depan, habis kebaktian saya harus naik pesawat malam ke Ujung Pandang. Dari Ujung Pandang, jam dua belas malam, harus ke Rantepao, delapan jam naik mobil. Di Rantepao, biar saya belum tidur, saya harus kasih seminar. Malamnya harus KKR. Habis KKR, harus balik lagi ke Ujung Pandang, delapan jam lagi, sampai subuh. Jam sebelas sudah naik pesawat lagi ke Jakarta. Dari Jakarta, sudah harus lagi ke Kerawang. Dari Kerawang, besoknya pagi-pagi harus pulang ke Cianjur. Di Cianjur, baru tidur, sudah harus bedston. Sudah bedston, sudah malam, tidur, kebaktian lagi pagi, ke Jakarta. Balik lagi ke Cianjur. Seninnya harus rapat di Cipanas. Selasa saya harus ke Jakarta. Hampir-hampir tidak ada waktu. Tetapi saya bersukacita, karena hidup saya untuk Kristus. Sibuk untuk Dia.
Itu Paulus berkata, hidupku Kristus. Kalau aku mati, aku untung. Saudara mesti ingat, kalau saudara di dalam Yesus, mati itu 'cuan' (untung) Jangan nangis. Masak orang beruntung di tangisi?
Satu kali saya harus berkhotbah di rumah murid eks Cianjur, yang jadi Gembala Jemaat, meninggal. Pas saya datang sudah mau dibawa ke kuburan, saya khotbah. Salah satu pendeta bilang, "Kasihan ini ibu pendeta. Dari tadi nangis terus, nangis terus." Saya khotbah, "Saudara-saudara, saya bangga kepada bapa ini. Dia sudah senang ditangan Tuhan, dan dia sudah bersukacita. Makanya kalau dia bisa lihat kita, dan kita sedang menangisi kita, dia akan ngomong, buat apa kamu menangis? Aku sudah senang dengan Yesus."
Itu istrinya yang lagi, huk...huk...huk...huuuk, hep! Diam. Sampai akhir kebaktian dia nggak nangis lagi. Sebab saudara kan tahu sendiri, orang Menado kalau ada yang meninggal kan mesti menangis, mesti dilaguin, mesti dingetin lagi waktu dia hidup. Waktu dia dengar firman Allah, hep! Nggak bisa nangis lagi. Sampai dikuburan, dia nggak nangis lagi.
Saudara-saudara, kalau aku mati, aku untung. (Amin...kata jemaat.) Saudara sudah bilang amin loh! Kalau saudara mati, jangan salahin, "Pak Pendeta itu sih, Pak Awondatu sih, khotbah kematian." Jangan! Saudara bilang, untung aku mati. Itu Paulus berkata. Tapi saya tidak berhenti disitu bacanya. Ayat 22;
Roh kita ingin terus, ingin masuk sorga bersama dengan Kritsus, itu yang lebih baik. Tapi ini daging, masih senang dengan bacang ketan, masih senang dengan baso. Ini daging masih senang dengan keuntungan-keuntungan yang sementara waktu itu, masih senang lihat emas balokan.
Tapi ini roh, aku ingin bersama dengan Kristus. Daging, aduh...bagaimana? Torn, robek! Sampai sekarang ini saya masih pegang keyakinan bahwa, kalau orang Kristen yang sungguh percaya kepada Yesus, dan meninggal sungguh-sungguh di dalam Tuhan, dia iring kepada Tuhan dengan setia, waktu dia meninggal, langsung dia bersama dengan Yesus. Itu saya masih percaya sampai sekarang.
Sebab apa? Waktu Yesus disalib, penjahat yang setiap harinya tidak tahu berbuat baik, tapi waktu dia mati, dia bilang, "Ya Yesus, ingatlah akan daku kalau Engkau masuk di Kerajaan Sorga. Ingatlah akan daku." Dia tidak minta diselamatkan, sebab dia tahu dia jahat. Ingatlah akan daku. Apa jawaban Yesus saudara? "Hari ini juga, engkau bersama dengan Aku di dalam Firdaus." Penjahat ini mati dengan tenang, mati dengan teduh. Karena dia yakin, waktu dia mati, dia bersama Yesus di dalam Firdaus.
Tidak pernahkah saudara memikirkan hal itu? Waktu saudara menjaga toko, waktu saudara melayani langganan, waktu saudara berurusan dengan teman-teman, tidak pernahkah saudara berpikir bahwa kematian bisa datang sewaktu-waktu? Bahwa dia bisa meminta hidup kita. "Sudah cukup hidupmu. Sekarang Aku minta pertanggungan jawabmu. Kembali, pulang." Sebab 1 Korintus 6 berkata, kita sudah dibeli dengan harga tunai. Kita harus mempertanggung jawabkan apa yang kita perbuat dalam hidup ini, baik atau jahat.
Seorang wanita di Amerika, yang cerita ini adalah Billy Graham. Billy Graham menulis satu buku, dan saya baca bukunya. Saya menangis, bukan susah, bukan sedih, tapi saya menangis karena besarnya anugerah Tuhan. Ibu ini harus dihukum mati, karena dia membunuh ibu sendiri, membunuh adiknya dan membunuh suaminya. Apa yang menyebabkan, tidak tahu. Diperiksa oleh ahli-ahli jiwa, tidak ada kelaianan. Jadi dia dihukum mati. Tetapi ketika dia dipenjara, ada pendeta yang suka jalan-jalan dilorong-lorong penjara, berteriak, "Percayalah kepada Yesus, karena di dalam Yesus ada pengharapan. Walaupun dosamu merah kirmizi sekalipun, Aku akan menyucikan seperti bulu domba, dan putih seperti salju. Percayalah kepada Yesus."
Dia lagi tidur. Waktu dia lagi tidur, dia dengar itu kalimat, "Percayalah kepada Yesus. Walaupun dosamu merah kirmizi sekalipun, Aku bisa cuci seperti salju dan bulu domba." Dia berdiri, dan dia terima Yesus. Saya pendekkan ceritanya. Dari dia terima Yesus, sampai dia dieksekusi itu enam tahun, dia dikasih kesempatan hidup. Maka dia mulai bersaksi kesana, mulai bersaksi kesini. Dan di penjara itu banyak yang dia menangkan, khusunya penjara wanita, banyak wanita-wanita dimenangkan untuk Kristus.
Dan ketika besoknya dia akan dieksekusi, hari ini, anak Billy Graham yang perempuan, mengunjungi dia. Ketika dia (anak Billy Graham) mengunjungi, sudah ada surat untuk dia. Karena wanita itu sudah ada di kamar, sudah mau dieksekusi. Waktu dibuka, dia baca. Dia (wanita itu) menulis begini, "Terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus, atas anugerah kematian-Nya, sama seperti anugerah-Nya yang memberi aku hidup dan anugerah keselamatan-Nya." Jadi dia sudah tangkap itu rahasia, waktu dia mati itu, dia dapat anugerah. Aku dapat anugerah dari Tuhan, waktu kematian ini, sama seperti aku dapat anugerah waktu aku hidup dan aku dapat anugerah waktu aku diselamatkan.
Saudara sudah punya dua. Saudara sudah punya anugerah waktu hidup. Saudara punya anugerah, saudara sudah diselamatkan. Saya yakin saudara sudah diselamatkan. Kalau saudara belum yakin, saudara diselamatkan, malam hari ini saudara bisa ambil keputusan, dan menerima Yesus. Dan yang ketiga, saudara harus percaya, waktu kita meninggal juga, kita meninggal di dalam anugerah-Nya Tuhan. Hidup adalah Kristus, mati adalah keuntungan. Hanya orang yang benar-benar kenal Yesus, yang tidak takut menghadapi maut. Jadi begini, menurut saya. Saudara itu bukan takut kepada mautnya. Saudara tidak takut kepada kematiannya. Sebab saudara takut juga, mati. Nggak takut, saudara mati. Takut, saudara mati. Saudara takut tuh prosesnya. Ada yang sakit lama. Nah itu yang saudara takut. Nunggu kematiannya. Justru yang jatuh di pesawat ke laut, itu malah waktu jatuh aja nggak sadar dia. Itu mah lebih untung.
Kita sering melihat hal-hal yang besar, kita lupa memikirkan hal-hal yang kecil. Contohnya, denyut jantung. Kita nggak pernah mikir. Hidup aja, bangun aja, tidur aja. Tidak pernah mikir, ini denyut jantung tidak pernah berhenti. Ini jantung nggak pernah istirahat, "Bos, saya istirahat dulu lima menit, ya." Mati kita. Dia hidup terus. Deg deg...deg deg...
Pernahkah saudara berterima kasih, waktu bangun pagi? "Oh Tuhan, terima kasih saya masih hidup." Saya kalau saya bedston dengan jemaat, itu yang saya katakan, "Terima Tuhan, saya masih ada di gereja, saya masih hidup. Terima kasih Tuhan, keluarga saya masih baik. Terima kasih Tuhan, aku ucapkan syukur. Saya diijinkan masih hidup, hidup untuk Kristus."
Saya bisnisman, bisnisman terus. Tapi jadi bisnisman untuk Kristus. Saya guru sekolah. Jadi guru sekolah! Tapi jadi guru sekolah karena Kristus. Saya hanya karyawan biasa. Jadi karyawan biasa, tapi jadi karyawan untuk Krisutus.
Tapi ingat ini jantung. Kecil di dalam kita, tapi kita nggak pernah mikir. Pernahkah saudara berterima kasih? Anak saya mati dipangkuan saya. Ibu saya meniggal dipangkuan saya juga. Karena saya sudah punya pengalaman dengan anak saya, saya tidak begitu takut menghadapi kematian ibu saya. Matanya lihat kesana kesini, saya panggil-panggil, dia nggak jawab. Bernafas satu-satu. Matanya lihat kesana kemari. Terus dia tutup mata, dia tarik nafas. Tidak ditarik lagi. Suster datang, "Sudah meninggal, suster. Nggak usah periksa-periksa, sudah meninggal." Maka ada istilah, sampai hembusan nafas terakhir. Bukan pada tarikan nafas terakhir.
Sakit penyakit, itu bunga kematian. Ini saudara, jari tengah saya bengkok. Dokter di Bandung, suka sama-sama naik motor, mau operasikan saya. Itu waktunya nggak ada. Saya pernah membaca, fighting the fade, melawan kemunduran. Tentara Amerika berkata, Hero never die. They only fade away. Pahlawan nggak pernah mati, katanya. Dia cuma fade away, dia nggak ada pelan-pelan. Ya apa bedanya dengan mati? Itu kan mati juga?
Saya sudah hampir enam puluh tahun, nanti bulan Agustus. Sudah mesti hati-hati. Kemarin, Selasa yang lalu, mau khotbah, saya mau jatuh. Eeit, kenapa begini? Oh, bunga kematian. Kadang-kadang, aduh kenapa dada sakit? Koyo tempelkan. Hangat, sudah sembuh. Bunga kematian. Ini gigi saya sudah tiga puluh persen palsu. Bunga kematian. Rambut sudah dua warna. Disini sudah botak sedikit, itu bunga kematian. Saudara mau umur panjang, enam puluh, tujuh puluh tahun, mati juga. Yang saya pentingkan, setelah mati itu kemana, saudara? Sampai saat ini saya tetap yakin percaya, bahwa orang yang meninggal di dalam Tuahn akan dibawa oleh Tuhan bersama-sama dengan Dia. Di dalam 1 Tesalonika pasal 4 ayat ke 13;
- Isa 38:1 Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi."
Dari ayat ini kita bisa tahu, yang pertama kita mau belajar bahwa Allah memegang kendali diatas semua kehidupan alam semesta ini. Kalau Dia bilang mati, mati. Kalau Dia bilang hidup, hidup. Dia (Allah) datang kepada raja melalui seorang nabi, Yesaya. Jangan meremehkan seorang hamba Tuhan yang dapat karunia nabi. Dia (Hamba Tuhan) menyampaikan firman yang betul kontak dengan hati kita.
Tanpa basa basi, yang dihadapi ini raja, dia (Yesaya) sampaikan firman-Nya, beginilah firman Tuhan, tiga kata, inilah firman Tuhan. Dia nggak bilang, raja, dia nggak bilang baginda, dia nggak bilang permisi. "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi."
Dalam bahasa Inggris, dikatakan set your house in order. Urus rumahmu secara teratur. Bereskan rumahmu, in order, secara teratur. Kalau abjad itu, a, b, c, d, e, f...Ini your house. Bereskan rumahmu dengan in order. Karena kelihatannya, keluarga Hizkia ini, nggak karu-karuan. Set your house in order, karena engkau akan mati, dan tidak akan hidup.
Kalau saya jadi Hizkia, saya bahagaia, karena saya dikasih tahu saya akan mati. Tapi kita, tidak seperti Hizkia. Kita tidak tahu kapan kita akan mati. Kalau kita diberitahu kapan kita akan mati, mungkin Pak Rudy yang gemuk ini, bisa mendadak kurus. Dan apakah reaksi kita kalau kita akan mati? Apakah kita akan sungguh bertobat, atau apakah kita mau berdosa dulu sampai tunggu satu hari sebelum mati, kita baru bertobat. Ada banyak macam-macam orang bereaksi.
Tetapi saya ingin beritahu saudara, lambat atau cepat, kematian pasti datang. Saudara boleh treadmill, pergi ke Dokter di Singapura yang terkenal, saudara boleh check up, dan Dokter diatas Dokter di Indonesia dan Singapura berkata, "You are in excellent condition", sehat, tidak kurang satu apapun, kematian pasti datang. Saya baru baca Corry Tenbum, seorang saksi Kristus yang meninggal pada usia 91 tahun, dan yang hebatnya, dia meninggal pada hari kelahirannya. Tamu-tamu yang datang bilang, "Aduh ini luar biasa. Dia ulang tahunnya langsung di Kerajaan Sorga."
Kematian itu pasti akan datang. Anak saya saja sudah meninggal. Dia belum 2 tahun sudah meninggal. Apalagi saya yang hampir 60 tahun? Apalagi kita? Waktu kematian ini, tidak ada kaya tidak ada miskin. Kematian tidak melihat perbedaan sosial. Kematian tidak melihat, oh si ini kaya, dia banyak duitnya, dia banyak menyumbang. Oh kalau begitu, aku, kematian, perpanjang dulu. Oh ini orang jahat sekali...Justrus kita lihat terbalik. Orang yang baik, Tuhan ambil. Orang yang kurang ajar, orang berantakan, kenapa kok dia umurnya panjang?
Satu pendeta di Sukabumi, om Rompas, dia lebih tua dari saya, dia ngomong sama saya, "Aduh Yo. Itu jemaat baik sekali. Kalau om mau pergi keluar kota, kemana saja, dia selalu ingat. Biar sedikit uangnya, dia kasih, dua ratus ribu atau dua ratus lima puluh ribu. Itu bapa selalu beri. Dia bukan pengusaha besar. Tapi dia selalu ingat. Aduh...saya senang sama jemaat itu. Luar biasa baik, ramah. Nggak macam-macam, nggak ini itu, nggak. Eh, nggak puguh-puguh Tuhan ambil. Tapi ada jemaat yang 'bertanduk', suka ngelawan, ngomongin saya macam-macam, nggak mati-mati. Heran...."
Saudara, kematian nggak lihat dia jahat apa baik, tidak. Tapi yang pasti kematian itu akan datang. Mati dan hidup itu di tangan Tuhan. Kita buka 1 Samuel pasal 2 ayat 6;
- 1Sa 2:6 TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana.
1Sa 2:7 TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga.
Nah, bagaimana kita? Apa prioritas kita yang utama? Yang utama selalu yang pertama. If Jesus in not the first in your live, He is not the Lord of your live. Kalau Yesus bukan yang pertama dalam hidup saudara, Dia sama sekali bukan Tuhan saudara. Kalau uang yang utama dalam hidup saudara, Yesus bukan Tuhan saudara. Kalau ketenaran yang utama dari hidup saudara, maka Yesus bukan Tuhan saudara. Kita harus taruh Yesus yang pertama, karena Dia yang memegang komandao, mati atau hidup, kaya atau miskin, Dia yang memegang komando.
Dia bisa bikin saudara kaya dalam hitungan hari, bisa. Tapi ingat, Dia juga bisa bikin miskin. Maka itu, kita harus tahu membawa diri. Dikatakan, set your house in order. Bersiap-siaplah, persiapkan rumahmu, karena hari ini kamu akan mati , tidak akan hidup. Tuhan sudah pilih hari yang terbaik untuk Hizkia, kamu akan mati sekarang. Itu sebetulnya anugerah. Raja Hizkia sedang sakit.
Hidup kita, waktu muda, hujan-hujanan, makan ini makan itu, tidak ada pantangan. Ini boleh itu boleh, apa saja kita makan, semua kita makan. Tetapi kalau sudah tua, mulai...pada kendor. Kulit tangan pada kendor. Itu umur nggak bisa dibohongin. Kita ini seperti mobil. Tiap lima ribu kilometer ganti oli. Wiper bunyi, ganti karetnya. Lampu mobil mati, ganti. Tabrakan dengan tembok, dibereskan. Ganti ban, "Pak, sudah gundul." Ganti. Ganti seher, ganti. Nanti satu hari kita masuk toko onderdil, "Mau cari onderdil ini..." Pegawai toko ngomong begini, "Model begini sduah nggak dibikin lagi. Pabriknya aja sudah tutup."
Nah manusia itu begitu. Ketika dokter bilang, "Yah, masih bisa hidup, tahan..." Saya, katanya, diproyeksikan oleh seseorang, "Saya memproyeksikan bapak hidup sampai sembilan puluh tahun. Jadi bapa mesti jaga hidup bapa. Jantung bapa saya yang tanggung jawab. Saya ingin supaya bapa meninggal pada usia sembilan puluh tahun."
Mau hidup sembilan puluh tahun atau enam puluh lima , urusan yang diatas. Kapan saja saya sudah siap. Tapi itu bahasanya Tuhan kepada Hizkia, set your house in order. Bereskan rumah tanggamu, kamu akan mati. Artinya apa buat kita? Kita tidak akan mati sekarang. Tapi kita akan mati. Mari kita set our house in order. Mari kita bersiap sedia. Hari ke hari kita siap sedia. Ini muka sudah pada turun. Ada lagu, Indonesia tanah air beta. Pusaka abadi nan jaya...Ujungnya, sampai akhir menutup mata. Mati juga akhirnya. Aduh betul ya, Indonesia itu hebat. Tapi akhirnya, menutup mata. Itu akhir kita, menutup mata. Mari, kita mau lihat kitab Kejadian pasal yang ke 5 ayat yang ke 3;
- Gen 5:3 Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya, lalu memberi nama Set kepadanya.
Gen 5:4 Umur Adam, setelah memperanakkan Set, delapan ratus tahun, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
Gen 5:5 Jadi Adam mencapai umur sembilan ratus tiga puluh tahun, lalu ia mati.
Gen 5:6 Setelah Set hidup seratus lima tahun, ia memperanakkan Enos.
Gen 5:7 Dan Set masih hidup delapan ratus tujuh tahun, setelah ia memperanakkan Enos, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
Gen 5:8 Jadi Set mencapai umur sembilan ratus dua belas tahun, lalu ia mati.
Gen 5:9 Setelah Enos hidup sembilan puluh tahun, ia memperanakkan Kenan.
Gen 5:10 Dan Enos masih hidup delapan ratus lima belas tahun, setelah ia memperanakkan Kenan, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
Gen 5:11 Jadi Enos mencapai umur sembilan ratus lima tahun, lalu ia mati. (ayat 14)
Gen 5:14 Jadi Kenan mencapai umur sembilan ratus sepuluh tahun, lalu ia mati. (ayat 17)
Gen 5:17 Jadi Mahalaleel mencapai umur delapan ratus sembilan puluh lima tahun, lalu ia mati. (ayat 27)
Gen 5:27 Jadi Metusalah (ini paling panjang umurnya) mencapai umur sembilan ratus enam puluh sembilan tahun, lalu ia mati. (Saya capek bacanya. Sebab akhirnya ayat 31;)
Gen 5:31 Jadi Lamekh mencapai umur tujuh ratus tujuh puluh tujuh tahun, lalu ia mati.
Kalau ada yang umur sembilan puluh enam mati, itu baru sepersepuluh umurnya Metusalah. Kita kebanyakan seperdua puluh. Tadi pagi saya baca di Kompas, delapan puluh tiga tahun. Eh, ada satu bapak, dua puluh delapan tahun, meninggal. Anak saya lima belas bulan, meninggal.
Set your house in order, karena engkau akan mati. Bila mati pergi kem'na, sorga atau neraka? Sorga senang kekal mulia, neraka sengsara. Yesus saja...Yesus saja tebus dosaku. Yesus saja, Yesus saja...Jurus'lamatku. "Oh, saya masih muda om, nggak mungkin saya meninggal." Saya umur enam puluh tahun, sudah sering mengubur anak-anak muda. Ada yang dua puluh dua tahun, saya kubur. Delapan belas tahun, saya kubur. Ada yang empat belas tahun, saya kubur. Yang paling kecil, anak saya sendiri, saya kubur.
Jangan bilang umur. Kematian itu tidak pernah kirim SMS. 'Besok anda akan mati. Persiapkanlah diri anda. Pakailah peti mati yang murah-murah saja. Sepatu juga sepatu tennis saja. Kirim pesan kepada keluargamu. Dari kematian.' Nggak pernah ada sms. Kematian nggak pernah kirim telegram. "Telegram pak, ekspress." 'Besok anda akan mati. Kematian.' Nggak akan telepon. "Hallo, ini siapa?" "Ini kematian." "Kematian?" "Iya..." "Masak sih, ada orang namanya kematian?" "Lu denger dulu. Lu besok mati. Gua ini kematian, diutus Tuhan, dari Sorga. Lu besok mati, set your house in order."
Aduh...saudara mau libur juga dibatalin. Mungkin langsung panggil pak Awondatu. "Pak Awondatu, bikin kebaktian. Aku berserah, aku berserah...Pada Yesus Jurus'lamat, aku berserah...Begitu? Apa begitu reaksi kita?
Memang, dia (Hizkia) minta panjang umur, Tuhan kasih. Tuhan kasih lima belas tahun. Tapi tadi saya bilang. Dalam lima belas tahun itu, dia punya anak. Anak ini, jahatnya luar biasa. Jadi umur panjang melebihi kehendak Tuhan... Wah, banyak raja, banyak presiden, banyak kaisar, dibikin dengan obat, jantungnya supaya kuat. Organ lain sudah pada mati, jantungnya masih, deg deg...deg deg...Termasuk Pak Harto. Dia punya dokter sampai dua puluh. Apa bisa menahan kematian? Akhirnya berangkat juga.
Ini yang saya ingin bawa pesan malam hari ini, betapa bedanya dengan orang yang mengenal Yesus. Filipi pasal 1 ayat 21;
- Phi 1:21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Aduh saudara, waktu untuk saya sekarang ini, untuk pribadi, sudah susah carinya. Sudah susah. Hari Minggu ini saya harus wakilkan di Jakarta, karena saya harus ke tempat lain. Hari Selasa depan, habis kebaktian saya harus naik pesawat malam ke Ujung Pandang. Dari Ujung Pandang, jam dua belas malam, harus ke Rantepao, delapan jam naik mobil. Di Rantepao, biar saya belum tidur, saya harus kasih seminar. Malamnya harus KKR. Habis KKR, harus balik lagi ke Ujung Pandang, delapan jam lagi, sampai subuh. Jam sebelas sudah naik pesawat lagi ke Jakarta. Dari Jakarta, sudah harus lagi ke Kerawang. Dari Kerawang, besoknya pagi-pagi harus pulang ke Cianjur. Di Cianjur, baru tidur, sudah harus bedston. Sudah bedston, sudah malam, tidur, kebaktian lagi pagi, ke Jakarta. Balik lagi ke Cianjur. Seninnya harus rapat di Cipanas. Selasa saya harus ke Jakarta. Hampir-hampir tidak ada waktu. Tetapi saya bersukacita, karena hidup saya untuk Kristus. Sibuk untuk Dia.
Itu Paulus berkata, hidupku Kristus. Kalau aku mati, aku untung. Saudara mesti ingat, kalau saudara di dalam Yesus, mati itu 'cuan' (untung) Jangan nangis. Masak orang beruntung di tangisi?
Satu kali saya harus berkhotbah di rumah murid eks Cianjur, yang jadi Gembala Jemaat, meninggal. Pas saya datang sudah mau dibawa ke kuburan, saya khotbah. Salah satu pendeta bilang, "Kasihan ini ibu pendeta. Dari tadi nangis terus, nangis terus." Saya khotbah, "Saudara-saudara, saya bangga kepada bapa ini. Dia sudah senang ditangan Tuhan, dan dia sudah bersukacita. Makanya kalau dia bisa lihat kita, dan kita sedang menangisi kita, dia akan ngomong, buat apa kamu menangis? Aku sudah senang dengan Yesus."
Itu istrinya yang lagi, huk...huk...huk...huuuk, hep! Diam. Sampai akhir kebaktian dia nggak nangis lagi. Sebab saudara kan tahu sendiri, orang Menado kalau ada yang meninggal kan mesti menangis, mesti dilaguin, mesti dingetin lagi waktu dia hidup. Waktu dia dengar firman Allah, hep! Nggak bisa nangis lagi. Sampai dikuburan, dia nggak nangis lagi.
Saudara-saudara, kalau aku mati, aku untung. (Amin...kata jemaat.) Saudara sudah bilang amin loh! Kalau saudara mati, jangan salahin, "Pak Pendeta itu sih, Pak Awondatu sih, khotbah kematian." Jangan! Saudara bilang, untung aku mati. Itu Paulus berkata. Tapi saya tidak berhenti disitu bacanya. Ayat 22;
- Phi 1:22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
Phi 1:23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik; (Diam bersama dengan Kristus, jauh lebih baik, saudara. Ayat 24;)
Phi 1:24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.
Roh kita ingin terus, ingin masuk sorga bersama dengan Kritsus, itu yang lebih baik. Tapi ini daging, masih senang dengan bacang ketan, masih senang dengan baso. Ini daging masih senang dengan keuntungan-keuntungan yang sementara waktu itu, masih senang lihat emas balokan.
Tapi ini roh, aku ingin bersama dengan Kristus. Daging, aduh...bagaimana? Torn, robek! Sampai sekarang ini saya masih pegang keyakinan bahwa, kalau orang Kristen yang sungguh percaya kepada Yesus, dan meninggal sungguh-sungguh di dalam Tuhan, dia iring kepada Tuhan dengan setia, waktu dia meninggal, langsung dia bersama dengan Yesus. Itu saya masih percaya sampai sekarang.
Sebab apa? Waktu Yesus disalib, penjahat yang setiap harinya tidak tahu berbuat baik, tapi waktu dia mati, dia bilang, "Ya Yesus, ingatlah akan daku kalau Engkau masuk di Kerajaan Sorga. Ingatlah akan daku." Dia tidak minta diselamatkan, sebab dia tahu dia jahat. Ingatlah akan daku. Apa jawaban Yesus saudara? "Hari ini juga, engkau bersama dengan Aku di dalam Firdaus." Penjahat ini mati dengan tenang, mati dengan teduh. Karena dia yakin, waktu dia mati, dia bersama Yesus di dalam Firdaus.
Tidak pernahkah saudara memikirkan hal itu? Waktu saudara menjaga toko, waktu saudara melayani langganan, waktu saudara berurusan dengan teman-teman, tidak pernahkah saudara berpikir bahwa kematian bisa datang sewaktu-waktu? Bahwa dia bisa meminta hidup kita. "Sudah cukup hidupmu. Sekarang Aku minta pertanggungan jawabmu. Kembali, pulang." Sebab 1 Korintus 6 berkata, kita sudah dibeli dengan harga tunai. Kita harus mempertanggung jawabkan apa yang kita perbuat dalam hidup ini, baik atau jahat.
Seorang wanita di Amerika, yang cerita ini adalah Billy Graham. Billy Graham menulis satu buku, dan saya baca bukunya. Saya menangis, bukan susah, bukan sedih, tapi saya menangis karena besarnya anugerah Tuhan. Ibu ini harus dihukum mati, karena dia membunuh ibu sendiri, membunuh adiknya dan membunuh suaminya. Apa yang menyebabkan, tidak tahu. Diperiksa oleh ahli-ahli jiwa, tidak ada kelaianan. Jadi dia dihukum mati. Tetapi ketika dia dipenjara, ada pendeta yang suka jalan-jalan dilorong-lorong penjara, berteriak, "Percayalah kepada Yesus, karena di dalam Yesus ada pengharapan. Walaupun dosamu merah kirmizi sekalipun, Aku akan menyucikan seperti bulu domba, dan putih seperti salju. Percayalah kepada Yesus."
Dia lagi tidur. Waktu dia lagi tidur, dia dengar itu kalimat, "Percayalah kepada Yesus. Walaupun dosamu merah kirmizi sekalipun, Aku bisa cuci seperti salju dan bulu domba." Dia berdiri, dan dia terima Yesus. Saya pendekkan ceritanya. Dari dia terima Yesus, sampai dia dieksekusi itu enam tahun, dia dikasih kesempatan hidup. Maka dia mulai bersaksi kesana, mulai bersaksi kesini. Dan di penjara itu banyak yang dia menangkan, khusunya penjara wanita, banyak wanita-wanita dimenangkan untuk Kristus.
Dan ketika besoknya dia akan dieksekusi, hari ini, anak Billy Graham yang perempuan, mengunjungi dia. Ketika dia (anak Billy Graham) mengunjungi, sudah ada surat untuk dia. Karena wanita itu sudah ada di kamar, sudah mau dieksekusi. Waktu dibuka, dia baca. Dia (wanita itu) menulis begini, "Terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus, atas anugerah kematian-Nya, sama seperti anugerah-Nya yang memberi aku hidup dan anugerah keselamatan-Nya." Jadi dia sudah tangkap itu rahasia, waktu dia mati itu, dia dapat anugerah. Aku dapat anugerah dari Tuhan, waktu kematian ini, sama seperti aku dapat anugerah waktu aku hidup dan aku dapat anugerah waktu aku diselamatkan.
Saudara sudah punya dua. Saudara sudah punya anugerah waktu hidup. Saudara punya anugerah, saudara sudah diselamatkan. Saya yakin saudara sudah diselamatkan. Kalau saudara belum yakin, saudara diselamatkan, malam hari ini saudara bisa ambil keputusan, dan menerima Yesus. Dan yang ketiga, saudara harus percaya, waktu kita meninggal juga, kita meninggal di dalam anugerah-Nya Tuhan. Hidup adalah Kristus, mati adalah keuntungan. Hanya orang yang benar-benar kenal Yesus, yang tidak takut menghadapi maut. Jadi begini, menurut saya. Saudara itu bukan takut kepada mautnya. Saudara tidak takut kepada kematiannya. Sebab saudara takut juga, mati. Nggak takut, saudara mati. Takut, saudara mati. Saudara takut tuh prosesnya. Ada yang sakit lama. Nah itu yang saudara takut. Nunggu kematiannya. Justru yang jatuh di pesawat ke laut, itu malah waktu jatuh aja nggak sadar dia. Itu mah lebih untung.
Kita sering melihat hal-hal yang besar, kita lupa memikirkan hal-hal yang kecil. Contohnya, denyut jantung. Kita nggak pernah mikir. Hidup aja, bangun aja, tidur aja. Tidak pernah mikir, ini denyut jantung tidak pernah berhenti. Ini jantung nggak pernah istirahat, "Bos, saya istirahat dulu lima menit, ya." Mati kita. Dia hidup terus. Deg deg...deg deg...
Pernahkah saudara berterima kasih, waktu bangun pagi? "Oh Tuhan, terima kasih saya masih hidup." Saya kalau saya bedston dengan jemaat, itu yang saya katakan, "Terima Tuhan, saya masih ada di gereja, saya masih hidup. Terima kasih Tuhan, keluarga saya masih baik. Terima kasih Tuhan, aku ucapkan syukur. Saya diijinkan masih hidup, hidup untuk Kristus."
Saya bisnisman, bisnisman terus. Tapi jadi bisnisman untuk Kristus. Saya guru sekolah. Jadi guru sekolah! Tapi jadi guru sekolah karena Kristus. Saya hanya karyawan biasa. Jadi karyawan biasa, tapi jadi karyawan untuk Krisutus.
Tapi ingat ini jantung. Kecil di dalam kita, tapi kita nggak pernah mikir. Pernahkah saudara berterima kasih? Anak saya mati dipangkuan saya. Ibu saya meniggal dipangkuan saya juga. Karena saya sudah punya pengalaman dengan anak saya, saya tidak begitu takut menghadapi kematian ibu saya. Matanya lihat kesana kesini, saya panggil-panggil, dia nggak jawab. Bernafas satu-satu. Matanya lihat kesana kemari. Terus dia tutup mata, dia tarik nafas. Tidak ditarik lagi. Suster datang, "Sudah meninggal, suster. Nggak usah periksa-periksa, sudah meninggal." Maka ada istilah, sampai hembusan nafas terakhir. Bukan pada tarikan nafas terakhir.
Sakit penyakit, itu bunga kematian. Ini saudara, jari tengah saya bengkok. Dokter di Bandung, suka sama-sama naik motor, mau operasikan saya. Itu waktunya nggak ada. Saya pernah membaca, fighting the fade, melawan kemunduran. Tentara Amerika berkata, Hero never die. They only fade away. Pahlawan nggak pernah mati, katanya. Dia cuma fade away, dia nggak ada pelan-pelan. Ya apa bedanya dengan mati? Itu kan mati juga?
Saya sudah hampir enam puluh tahun, nanti bulan Agustus. Sudah mesti hati-hati. Kemarin, Selasa yang lalu, mau khotbah, saya mau jatuh. Eeit, kenapa begini? Oh, bunga kematian. Kadang-kadang, aduh kenapa dada sakit? Koyo tempelkan. Hangat, sudah sembuh. Bunga kematian. Ini gigi saya sudah tiga puluh persen palsu. Bunga kematian. Rambut sudah dua warna. Disini sudah botak sedikit, itu bunga kematian. Saudara mau umur panjang, enam puluh, tujuh puluh tahun, mati juga. Yang saya pentingkan, setelah mati itu kemana, saudara? Sampai saat ini saya tetap yakin percaya, bahwa orang yang meninggal di dalam Tuahn akan dibawa oleh Tuhan bersama-sama dengan Dia. Di dalam 1 Tesalonika pasal 4 ayat ke 13;
- 1Th 4:13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
1Th 4:14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
- Rev 22:15 Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar. (Wahyu 21 ayat 7;)
Rev 21:7 Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku.
Rev 21:8 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."
- Mat 10:28 Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.
Sumber :www.amsjakarta.org
APAKAH ANDA
- MEMBUTUHKAN POWERPOINT DARI KHOTBAH INI? KLIK DISINI
3 komentar
Terimakasih untuk renungannya, Tuhan memberkati pelayanan bpk d manapun bapak berada. Ijin untuk menggunakannya sebagai bahan sharing
Luar biasa mengingatkam saya sbg anakNya tdk kuatir bahkan setitik keraguanpun tidak..percaya sy mati masuk sorga.mksh bp renungannya.ijin sy bagikan ke kelompok cell group ya.Tuhan bersama bp dan keluarga
Luar biasa renungannya jd berkat buat kami